{http://sigmapt.com/main/Peraturan_peraturan/PermenLH-05-Tahun-2012.pdf|400|300}
Jumat, 31 Oktober 2014
Selasa, 28 Oktober 2014
Kepentingan Asing Menyusup di Masa Transisi Presiden

Kebijakan dan peraturan “colongan” dalam masa transisi itu ternyata sudah terjadi sejak perpindahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Presiden Suharto. Saat itu muncul undang-undang yang menguntungkan Amerika Serikat dan bisnisnya, terutama perusahaan tambangnya.
Bradley R. Simpson, research fellow di National Security Archive menemukan lobi Amerika dalam penyusunan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada 1960-an itu ketika memimpin proyek mendeklasifikasi dokumen AS berkaitan dengan Indonesia dan Timor-Timur selama masa pemerintaha Suharto (1965-1998).
Peneliti hubungan luar negeri dan sejarah internasional AS di University of Maryland, itu menuangkannya ke dalam buku Economists with Guns. Berikut ini nukilan buku tersebut:
Laporan soal tanah Papua yang kaya tembaga itu sampai ke tangan para geolog Freeport Sulphur pada 1959. Mereka mencoba mendapatkan akses ke daerah itu, namun Belanda yang masing menguasainya menolak mentah-mentah permintaan perusahaan asal New Orleans, Amerika Serikat tersebut.
Setelah Papua diambil Indonesia, Freeport Sulphur minta izin ke sana tapi mentok. Tapi mereka tak menyerah hingga akhirnya pada April 1965 mendapat kesepakatan awal dengan Menteri Pertambangan RI buat mengolah tembaga dan nikel di sana.
Namun pada bulan yang sama Presiden Sukarno menutup pintu terhadap penanaman modal asing. Soekarno juga menasionalisasi perusahaan asing.
Setelah peristiwa G30S, Freeport Sulphur mulai melobi jenderal di kubu Suharto. Setelah Soekarno meneken Surat Perintah 11 Maret 1966 alias Supersemar, teknisi Freeport Sulphur berhasil mendapat kesempatan masuk ke Papua dari pantai selatannya.
Mereka harus bergegas karena perusahaan pertambangan Mitsui dari Jepang juga mengincar kandungan tembaga di sana. Akhirnya setelah perjalanan sejauh 95 kilometer, teknisi Freeport Sulphur tercengang saat menemukan Ertsberg, begitu sebutan mereka buat gunung setinggi 182 meter yang mengandung biji tembaga berkualitas tinggi.
Freeport Sulphur langsung melobi Presiden Lyndon B. Johnson. Freeport Sulphur memang punya kontak ke Gedung Putih karena mantan Direktur Iklan dan Informasi Freeport, James Moyer, sebelumnya bergabung jadi staf Gedung Putih mengikuti jejak saudara lelakinya, Bill Moyer.
Forbes Wilson dan Robert Duke dari Freeport menyampaikan kepada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat bahwa mereka butuh tiga hal buat menjalankan bisnis di Papua. Tiga hal itu: perjanjian perlindungan penanaman modal, iklim investasi yang baik, dan hak konsesi yang jelas tanpa bagi hasil. Freeport Sulphur hanya satu dari banyak perusahaan Amerika yang meminta itu kepada pemerintahnya.
Pada saat yang sama di Indonesia, Suharto sebagai pemegang kendali pemerintahan sehari-hari kesulitan menghadapi krisis ekonomi. Berbagai cara sudah dicoba, seperti menaikkan suku bunga dan memangkas semua impor kecuali kebutuhan pokok demi menyelamatkan kas negara.
Suharto pada akhir 1966 mencoba melobi negara kreditor agar menjadwalkan ulang pembayaran utang Indonesia. Para kreditor ketika bertemu di Paris tak terlalu semangat menanggapinya.
Kala itu CIA menyusun laporan bahwa ekonomi Indonesia sangat bergantung pada bantuang asing. Jika bantuan dari pemerintah asing seret seperti saat itu, maka swasta berpeluang besar bisa masuk.
Duta Besar Marshall Green menemui Suharto pada Mei 1966 buat menyampaikan bahwa bantuan negara asing kepada Indonesia akan sangat terbatas sekali. Sedangkan, kata dia, bantuan swasta akan lebih menguntungkan buat menjalankan industri di Indonesia.
Tapi tentu saja buat masuknya modal asing, Suharto perlu mengabaikan kebijakan larangan modal asing yang dibuat Soekarno. Perusahaan Amerika Serikat yang dinasionalisasi juga perlu dikembalikan.
Ali Budiarjo, pejabat yang kemudian bekerja di Freeport, menceritakan saat itu di pemerintahan tak ada ada yang tahu cara menerima modal asing itu. “Tidak ada instansi yang mengurusinya dan tidak ada undang-undang soal penanaman modal asing,” kata Ali.
Masalahnya, saat menyusun aturan penanaman modal asing buat mengakomodir Freeport, Kepala Direktorat Kerjasama Ekonomi Multilateral Dr. Jusuf Ismail malah memintan bantuan kepada Kedutaan Amerika. Ia minta contoh aturan dan saran buat undang-undang penanaman modal asing.
Pengaruh Amerika dalam penyusunan undang-undang itu, kata Bradley Simpson, sangat besar. Bahkan konsultan dari Van Sickle Association dari AS, membantu ekonom Widjojo Nitisastro buat menyusunnya.
Pada September 1966 draf aturan itu rampung. Anehnya, draf malah dikirim ke kedutaan Amerika buat meminta masukan dari investor negara itu.
Departemen Luar Negeri AS mengirim revisi baris demi baris. Mereka mengeluhkan kewenangan pemerintah yang terlalu besar dan area yang dikuasai pemerintah justru yang diincar oleh perusahaan Amerika.
Undang-undang itu dianggap mengecewakan oleh investor. Simpson menulis, Widjojo lantas merevisinya sesuai masukan dari Amerika sehingga klausulnya berisi “liberalisasi maksimum”.
Situasi mendadak jadi gawat buat Amerika karena pada November 1966, Uni Soviet bersedia menjadwalkan ulang pembayaran utang Indonesia. Maka Amerika Serikat perlu mempercepat usaha agar masuknya investor dari negara mereka tak terbendung lagi, apalagi tersaingi oleh rival utamanya: Uni Soviet.
Pada akhir 1966, Marshall Green melaporkan ke Washington DC bahwa masih ada satu ganjalan: Soekarno. Presiden Soekarno berusaha menghalangi pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing dan menentang langkah kubu militer yang dipimpin Suharto.
“Suharto sekarang telah mengambil keputusan bahwa ia harus menyingkirkan Soekarno dalam beberapa bulan mendatang,” kata Green. Simpson mengatakan, penyingkiran Soekarno berarti penghilangan terakhir hambatan yang merintangi bantuan penuh dari Amerika Serikat.
Dari kawat-kawat diplomatik yang dikirimkan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, diketahui para pejabat militer rajin bertandang dan menjelaskan rencana mereka menekan Sukarno dengan melibatkan MPRS, kelompok pemuda, berbagai front, dan petinggi Angkatan Darat.
Yang terjadi setelahnya, agaknya semua orang Indonesia sudah mafhum. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyebut pelengseran itu sebagai, “Orang tua yang menyedihkan itu diubah dari perwujudan bangsa Indonesia menjadi peninggalan sejarah.”
***
Selengkapnya bisa dibaca di buku:
Judul:
Economists with Guns
Amerika Serikat, CIA, dan Munculnya Pembangunan Otoriter Rezim Orde Baru
Pengarang:
Bradley R. Simpson
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama, 2010
Tebal:
ix + 457 halaman
Senin, 27 Oktober 2014
Laporan Wartawan Tribunnews.com Reza Gunadha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, telah melantik 34 menteri yang tergabung dalam Kabinet Kerja, Senin (27/10/2014).
Seusai melantik, sang presiden meminta setiap menterinya langsung bekerja. Ia juga meminta para menteri bersikap responsif terhadap keinginan masyarakat.
Jokowi sendiri, jauh sebelum menjadi presiden, dikenal sebagai sosok yang ingin dekat dengan rakyat. Ia dikenal dari kegemarannya "blusukan".
Bahkan, kekinian, ia tengah merintis program "e-blusukan" atau berinteraksi dengan masyarakat melalui berbagai laman sosial media.
Tak mau kalah, sejumlah menteri juga memiliki akun pribadi di sosial media agar mampu berinteraksi dengan masyarakat. Berikut daftar akun Twitter resmi para "pembantu" Jokowi. Yuk kitafollow.
1. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara, Andrinof Chaniago: @andrinof_a_ch
2. Menteri Perhubungan, Ignasius Johan: @IgnasiusJohan
3. Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi, Marwan Ja'far: @marwan_jafar
4. Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri: @hanifdhakiri
5. Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani: @puan_maharani
6. Menteri Kebudayaan dan DikdasmenAnies Baswedan: @aniesbaswedan
7. Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti: @susipudjiastuti
8. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara: @rudiantara_id
9. Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo: @tjahjo_kumolo
10. Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu: @Ryamizard_r
11. Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi: @yuddychrisnandi
12. Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi: @imam_nahrawi
13. Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin: @lukmansaifuddin
14. Menteri Agragia dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan: @ferrymbaldan
15. Menteri Peranan Wanita, Yohanan Yambise: @YohanaYembise
16. Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek: @NilaMoeloek
17. Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa: @KhofifahIP
18. Menteri Perdagangan, Rahmat Gobel: @RachmatGobel
19. Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil: @djalil_sofyan
20. Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya: @bravonur
21. Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly: @laolyyh_twit
22. Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga: @Puspayoga_PAS
2. Menteri Perhubungan, Ignasius Johan: @IgnasiusJohan
3. Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi, Marwan Ja'far: @marwan_jafar
4. Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri: @hanifdhakiri
5. Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani: @puan_maharani
6. Menteri Kebudayaan dan DikdasmenAnies Baswedan: @aniesbaswedan
7. Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti: @susipudjiastuti
8. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara: @rudiantara_id
9. Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo: @tjahjo_kumolo
10. Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu: @Ryamizard_r
11. Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi: @yuddychrisnandi
12. Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi: @imam_nahrawi
13. Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin: @lukmansaifuddin
14. Menteri Agragia dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan: @ferrymbaldan
15. Menteri Peranan Wanita, Yohanan Yambise: @YohanaYembise
16. Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek: @NilaMoeloek
17. Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa: @KhofifahIP
18. Menteri Perdagangan, Rahmat Gobel: @RachmatGobel
19. Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil: @djalil_sofyan
20. Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya: @bravonur
21. Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly: @laolyyh_twit
22. Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga: @Puspayoga_PAS
Selasa, 21 Oktober 2014
Rumput Laut Indonesia: DARI SEMILOKA RUMPUT LAUT SE KALIMANTAN UTARA DI T...
Rumput Laut Indonesia: DARI SEMILOKA RUMPUT LAUT SE KALIMANTAN UTARA DI T...: Kaltara Pacu Industri Rumput Laut Provinsi Kalimantan Utara membuka peluang investasi pabrik pengolahan rumput laut s...
Langganan:
Postingan (Atom)